Sabtu, 07 Januari 2017

Cerpen


Mengapa
Air Laut
Terasa Asin?


       Tahukah teman-teman semua asal usul mengapa air laut
terasa asin? Dahulu air laut sama saja seperti air sungai yang
terasa tawar. Semua jenis ikan dan serangga air dapat hidup di
air laut maupun air sungai. Tetapi akibat keserakahan seekor
kera, air laut pun berubah menjadi asin. Begini ceritanya.

      Dahulu kala hiduplah seekor naga muda yang sering
mengembara di negeri-negeri utara. Karena naga muda ini
sangat mengenal seluk beluk negeri-negeri bagian utara,
Kaisar Langit menitahkan dia untuk pergi mencari tempat
penyimpanan yang paling aman di bumi. Tempat yang
tidak dapat ditemukan oleh para dewa-dewi lainnya. Benda
yang akan disimpan adalah benda pusaka Kaisar Langit
– Kendi Langit. Kendi ini memiliki kesaktian luar biasa untuk
mengabulkan apapun keinginan seseorang. Karena begitu
berharganya kendi langit ini, banyak makhluk yang ingin
mendapatkannya.
       Menerima titah Kaisar Langit itu, naga muda ini pun mulai
mengembara mengarungi angkasa luas untuk mencari
persembunyian yang aman. “Hm... Tampaknya vihara puncak
gunung Lima Jari akan menjadi tempat penyimpanan yang
cocok,” pikir naga muda itu. Dia pun segera pergi meneruskan
perjalanan yang memakan waktu satu minggu lamanya. Hari
pertama sampai kelima perjalanan terasa menyenangkan
tanpa halangan berarti. Tetapi kabar ternyata menyebar
dengan cepat. Bila dinding bertelinga, maka langit pun
bertelinga. Para dewa, raksasa, asura, kaum manusia dan
binatang mulai mendengar kabar tentang kendi langit
tersebut. Mereka pun mulai menerka-nerka dimana tepatnya
kendi itu akan disimpan.

       Akhirnya bangsa kera yang cerdik menerka kalau si naga
muda akan menyimpannya di vihara puncak gunung Lima
Jari. Diutuslah raja kera utara untuk menipu naga muda dan
mencuri kendi tersebut. Pada hari keenam kera ini telah
menunggu naga muda yang terbang rendah di atas langit
pondokannya. Melihat naga muda itu kelelahan setelah
menempuh perjalanan jauh, si kera utusan ini memanggil
naga muda dari atas puncak pohon kelapa.
“Yang Mulia! Yang Mulia!” begitu dipanggilnya naga muda itu.
Bangsa kera memang mengetahui betapa kaum naga senang
disanjung dan dipuji. “Yang Mulia, turunlah sebentar dan terimalah persembahan
air kelapa muda ini. Air kelapa ini akan menyegarkanmu
kembali.”  
       
        Tertarik atas tawaran kera yang berukuran jauh lebih kecil
darinya, si naga muda pun berpikir bahwa si kera tidak berani
macam-macam dengannya. Apalagi kehausan, kelaparan dan
kelelahan mendera naga muda ini. Akhirnya naga muda ini
pun turun dan menerima tawaran kera tadi. Kera itu lantas
segera memetik kelapa-kelapa muda pilihan. Tetapi sebelum
diberikan kepada naga muda itu, kera utusan ini memasukkan
tiga tetes air mata duyung. Satu tetes untuk menyebabkan
kantuk, satu tetes untuk memberikan sensasi rasa nyaman dan
satu tetes untuk membuat naga tertidur seminggu lamanya.

        Celakanya naga muda ini tidak menyadari perbuatan jahat si
kera. Air kelapa muda diminumnya habis dan terasa begitu
menyegarkan dahaga dan laparnya. Tetapi lambat laun naga
muda ini pun mulai merasakan kantuk yang berat. Merasakan
sensasi nyaman pada seluruh tubuhnya, naga muda ini pun
tertidur. Melihat si naga telah tertidur, kera pun segera beraksi.
Dicarinya kendi langit itu dan dia berhasil menemukannya
pada lipatan di tengah perut naga muda. Setelah berhasil
mengambil kendi itu, kera utara ini pun segera pergi ke arah
tenggara untuk menghadap raja kera. 

       Berbeda dengan naga yang mampu terbang, untuk sampai ke
tempat kediaman raja, kera utusan ini harus menyeberangi
lautan yang luas. Perjalanan akan memakan waktu 5 hari. Si
kera pun segera pergi. Sesampainya di pantai, kera ini pun
mencuri sebuah perahu kecil yang tertambat disana. Di tengah
perjalanan, tiba-tiba kera utusan ini pun berpikir, “Wuah kalau
dengan kendi ini aku bisa meminta apapun, mengapa aku tidak
meminta garam saja yang banyak. Kami bangsa kera utara
selalu terlihat jelek karena penyakit gondok turunan kami.
Dengan adanya garam, aku bisa menyembuhkan penyakit
gondokku dan sisanya akan kujual kepada teman-temanku.
Mumpung kendi ini masih ada padaku.”

      Begitulah akhirnya si kera utusan ini pun meminta garam yang
banyak dari kendi langit. Kegirangan meliputi kera utusan ini
karena kendi langit mulai mengeluarkan garam yang begitu
banyak. Pertama-tama isi kendi penuh dengan garam, si kera
pun mulai memakan sedikit demi sedikit garam tersebut.
Tetapi karena kera itu tidak menyebutkan batasan jumlah
garam yang diinginkannya, kendi ini pun terus-menerus
mengeluarkan garam. Kepanikan mulai menjalar tubuh kera
ketika perahu kecil curiannya penuh dengan garam. Si kera
berusaha keras dengan memaksakan memakan garam itu
sebanyak-banyaknya. Rasa asin yang begitu pekat ditahannya
sampai akhirnya dia tidak sanggup lagi bernapas. Dan karena
beban yang ada, perahu pun tenggelam membawa serta kendi
dan kera yang teler oleh garam. Demikianlah riwayat kera
tamat sampai disini akibat kebodohan dan keserakahannya.
Sedangkan kendi langit terus-menerus mengeluarkan garam
sampai saat ini dan hilang lenyap di tengah samudra dalam.

Tetapi cerita belum berakhir. Naga muda begitu terkejut
ketika tersadarkan dan tidak menemukan kendi langit titipan
Kaisar Langit. Dia pun geram dengan si kera dan segera pergi
menemui raja kera meminta pertanggungjawaban. Di tengah
perjalanan dia ingin menyegarkan diri dan pikirannya sehingga
terlintas untuk sekalian mandi dengan air laut dibawahnya.
Dia pun terbang merendah dan pergi menyelam ke dalam
samudra. Dia merasa ada yang berbeda dengan air laut yang
biasanya tawar kini terasa asin. Dia pun bertanya pada ikanikan
yang ada di sana. “Mengapa air laut menjadi begitu
asin?” tanya naga muda.

      Perlu diketahui, kaum ikan saat itu sedang terpecah menjadi
dua kubu karena perebutan wilayah dan kekuasaan. Raja
ikan kecil menjawab kalau itu adalah karena sebuah kendi
telah jatuh dan menyebabkan air laut menjadi asin. Merasa
kalau itu adalah kendi langit, naga muda meminta raja ikan
kecil untuk memberitahu dimana letak kendi itu. Raja ikan
kecil memanfaatkan kesempatan. Dia menjawab bahwa
kendi itu telah dibawa kepiting ke dasar sebuah sungai besar
di ujung selatan. Dia pun akan pergi memandu naga muda
untuk mengambil kembali kendi tersebut, tetapi dengan satu
syarat: naga muda akan menangkap serangga-serangga di
permukaan air untuk diberikan kepada kaum ikan-ikan kecil
yang mengikuti mereka. Naga muda pun setuju.

       Setelah dibawa berputar-putar dan setelah berhari-hari si
naga muda harus melayani kebutuhan ikan-ikan kecil, dia
pun mulai merasakan keanehan. Akhirnya pada saat hendak
menangkap serangga di permukaan air, naga muda bertanya
pada ikan besar yang kebetulan berada didekatnya. “Apakah
benar kendi yang menyebabkan air laut menjadi asin dibawa
oleh kepiting ke dasar sebuah sungai di bagian selatan?” tanya
si naga kepada seekor ikan yang besarnya hampir sepertiga
ukuran naga muda itu.
        “Ahahaha… Kelihatannya kamu sedang dimanfaatkan ikan-ikan
kecil itu temanku. Setahuku kendi itu masih berada di tengah
samudra dalam di bagian tenggara. Tetapi tepatnya aku tidak
tahu karena waktu telah berlalu berhari-hari. Kemungkinan
besar kendi ringan itu telah terombang-ambing dibawa arus
samudra berkelana ke seluruh penjuru dunia. Tetapi yang
jelas kendi itu tidak dibawa oleh kepiting kecil dan juga tidak
akan mungkin terbawa arus ke sungai manapun di dunia ini,”
jelas ikan besar.
      
        Murkalah naga muda itu karena telah ditipu untuk kedua
kalinya dan kali ini dia merasa dimanfaatkan habis-habisan.
Dia pun mulai menyerang ikan-ikan kecil sehingga kaum ikan
kecil berlari berhamburan dan bersembunyi di sungai-sungai.
Naga muda yang marahnya mulai mereda bersumpah akan
memakan ikan-ikan kecil yang dia temui. Tetapi waktunya
telah habis. Tugas telah gagal dilaksanakan. Dia pun menyesal.
Hanya ada satu hal yang bisa dilakukannya – mencari kendi
langit itu sampai ketemu. Naga muda kembali menuju samudra
dan sampai saat ini terus berharap untuk menemukan kendi
langit. Ikan-ikan kecil yang bersembunyi di sungai lambat laun
terbiasa dengan air sungai yang masih tetap terasa tawar.
Mereka tidak bisa lagi hidup di air laut sehingga mereka pun
disebut ikan air tawar. Sedangkan kaum kera merasa ketakutan
akan dimangsa kaum naga apabila mereka berdiri di puncak
pepohonan. Semenjak itulah kaum kera tidak pernah berani
berdiri di puncak pepohonan dan selalu bersembunyi di
bawah rimbunnya dedaunan. Air sungai tetap tawar dan air
laut menjadi asin.




"Keserakahan membawa begitu banyak kesengsaraan.
Kesengsaraan terhadap diri sendiri dan kesengsaraan
bagi makhluk lain".

Cerpen "Guru Kecil"

Cerpen

                                                                      Guru Kecil

       Kedatangannya dari jauh memang sudah terlihat, walau agak
samar tapi Aku yakin itu dia. Wajahnya yang semu kemerahan,
dengan rambut ikat kepang ke atas dan ransel merah muda
di pundaknya membuat ia terlihat semakin kecil. Gerakannya
yang jingkrak-jingkrak dan gemerincing bunyi kerincingan di
kaki kecilnya, menandakan kalau ia memang masih hijau, masih
belum tercemar polusi duniawi. Langkahnya tak beraturan,
ringan namun terlihat mantap. Tak ada beban di pikirannya
dan hatinya, dunia seperti surga bermain yang indah.
       Semakin dekat semakin melebarlah tawanya, mulailah
dipamerkannya gigi putihnya itu sambil mengayunkan lengan
kecil beserta jemari-jemarinya yang lentik. Seketika bibirnya
yang mungil menyuarakan kata yang tak asing kudengar,
“Lao Shi... Lao Shi!!!” dari kejauhan suara kecil itu terdengar
semerdu bunyi harpa, bahkan lebih merdu dari biasanya.
      Berjingkrak-jingkraknya semakin menjadi, langkahlangkah
kecil itu mulai cepat, daun-daun di sekeliling mulai
berhamburan. Tap… tap... tap… tak terasa segumpal daging
kecil itu sudah mendarat tepat di dekapanku. “Lao Shi, Good
Moning” sahut si pemilik bibir merah delima. “Bilang, Zao
An!” “Zao An…” tirunya sambil terkekeh-kekeh.

      Entah sampai kapan kekehan ini akan kudengar, sampai si kecil
mulai mengertikah? Aku berharap tidak, Gadis harus menjadi
orang yang tegar, orang yang kokoh, bahkah lebih kokoh dari
gunung. Di umurnya yang masih 3 tahun masih belum banyak
yang ia mengerti. Tapi Gadis mengerti cinta. Hanya karena
cintalah Gadis mampu bertahan dalam kerasnya dunia. Dunia
yang telah merenggut kedua orangtuanya dari kehidupannya.
      Tapi toh Gadis masih bisa tersenyum, masih bisa bermain
dengan kakak pengasuh panti asuhan, masih bisa terkekehkekeh.
“Beberapa hari ini di panti dia agak rewel semenjak dikasih
tontonan Barnie, tapi kalau sudah sampai di sekolah ya
begitu tuh, jingkrak-jingkrakan tak karu-karuan” sahut kakak
pengasuh yang mengantarnya ke sekolah. Aku hanya bisa
tersenyum lebar. Untungnya warisan peninggalan orangtua
Gadis mampu membiayainya sekolah. Tapi walau bagaimana
pun mampukah harta duniawi itu mengobati luka hati? Kurasa
tidak. Apalagi karena harta pulalah Gadis harus menjadi
yatim piatu, korban dari perampok yang tak mampu bertahan
dari kerasnya kehidupan. Aku menghela nafas panjang,
membanyangkannya saja sudah membuat sesak.
       Gadis kecil itu berjalan mendahuluiku, lenggak-lenggok
parasnya dari belakang sudah banyak menghiburku.
Memperhatikannya membuatku tak mampu menahan tawa.
Meledaklah tawaku di ruang kelas yang masih kosong. “Lao Shi
kok ketawa?” tanyanya sedikit curiga. Melihat mimik wajahnya
yang lucu membuatku berusaha keras menghentikan tawaku.
Sambil menarik nafas dalam Aku berusaha menenangkan diri.
“Gadis tahu, kalau hari ini adalah hari ulang tahun Gadis?”

      “Ulang tahun ya! Horree.. asik…!!!” serunya gembira sambil
bertepuk tangan. “Hmm.. sebagai hadiahnya, Gadis boleh
minta apa saja sama Lao Shi… Gadis boleh minta kue ulang
tahun berbentuk Princess, atau boneka Barnie yang seperti
yang di TV kemarin” tawarku mengodanya. Gadis terdiam
sejenak sambil jemarinya tak henti melinting-linting rambut
depannya yang masih tersisa. “Hmm… apa ya.. tapi Gadis
tidak mau kue ulang tahun berbentuk Princess, atau boneka
Barnie.”katanya dengan tampang serius. “Loh, kalau tidak
mau kue dan bonekanya Gadis mo apa dong?” sahutku
menawarkan kembali kepadanya. “Bener?” tanyanya lugu.
“Iya….” Jawabku memastikannya. Mulutnya yang kecil itu
mulai mengucapkan kalimat-kalimat panjangnya. “Kata Barnie,
anak-anak punya mama papa, Gadiskan masih anak-anak
ya! Gadis mau mama papa bisa?” seketika hatiku terenyuh,
kupeluk Gadis erat-erat, air mataku meleleh tak terasa. “Loh
kok Lao Shi nangis, ih Lao Shi cengeng, yah ga ada ya mama
papanya, kalau ga ada Gadis mau Lao Shi aja deh!” sahutnya
enteng sambil terkekeh-kekeh. Mataku basah, kupeluk Gadis
dua kali, bibirku mulai tersenyum menghiburnya, namun
bukan Aku yang sesungguhnya menghibur Gadis, Gadislah
yang sudah menghiburku. Guru kecil yang mengajarkanku
kehidupan.




"Guru yang mengajarkan kita kebahagiaan adalah
penderitaan. Guru yang mengajarkan kita untuk dapat
bahagia adalah penderitaan. Semakin kita berusaha
menolak penderitaan, semakin jauh kita dari kebahagiaan."

Masakan Khas Dayak (Kalimantan Tengah)



Masakan Dayak (Kalimantan Tengah)

      Di sini ada beberapa masakan dari Kalimantan Tengah dan masih banyak lagi berbagai macam masakan yang lain dari Kalteng." Selamat mencoba dan bermanfaat ".

 
Juhu Tepen Dawen Jawau


 






Bahan :
1 ikat Daun Singkong
500 ml Santan kental
500 ml air
4 butir bawang merah iris halus (cincang halus)
Garam secukupnya

 
Cara pembuatan masakan :
Masak air sampai mendidih, masukan daun singkong tumbuk, rimbang, dan bawang merah cincang.
Kemudian masukan santan dan ikan teri, aduk perlahan, beri garam dan vetsin secukupnya.
Biarkan sampai wangi dan sayur matang, siap untuk disajikan.

 
Juhu Singkah Umbut


 
Bahan :  
  • 1 kg    Umbut atau pohon kelapa bagian atas yang masih lemah dan bisa di masak. …..dicuci , diiris tipis seukuran sendok makan  , tebal ½ cm, terus   remdam supaya tidak berubah warna menjadi merah.

 
Bumbu :  
  • 2 gelas santan kental   dan 6 gelas santan cair .
  • 1 ruas  kunyit  dan laos  sudah di   pukul supaya pecah.
  • 3 lembar daun salam
  • 1 sendok teh ketumbar dan garam
  • 6 siung bawang merah dan  2 siung bawang putih

 
Cara  membuat :
  • Tiriskan  umbut yang telah direndam.
  • Rebus  air dan masukan umbut.
  • Ulak semua bumbu sampai halus, kecuali  daun salam dan laos
  • Masukan  bumbu kedalam  wajan  umbut yang sedang direbus.
  • Biarkan matang dan meresap.
  • Kalau air  berkurang bisa ditambahkan sesuai selera.
  • Sayur berkuah semacam lodeh.
  • Siap  dihidangkan

 
Sambal Sarai 



 




Bahan:
  • Sarai 1 ikat
  • Bawang merah 8 siung
  • Bawang putih 2 siung
  • Cabe rawit secukupnya
  • Terasi 2 buah
  • Garam
  • Gula

 
Cara membuat:
  • Cuci bahan dengan air bersih
  • Bersihkan kulit bawang dan sarai
  • Iris sarai setipis mungkin
  • Kupas bawang merah, bawang putih, dan cabe rawit. Lalu haluskan.
  • Bakar sarai dan terasi sebentar.
  • Pipis bahan-bahan di sebuah cobek
  • Boleh dicampur dengan ikan goring atau baker. (Tetapi buang dulu tulangnya).

 

 
Juhu Katan Pisang

 









Bahan:
  • Kemiri 3 buah
  • Bawang merah dan bawang putih secukupnya
  • Garam
  • Terasi 1 buah
  • Laos
  • Kunyit
  • Cabe rawit 5 buah
  • Labu
  • Pisang sayur
  • Ikan patin
  • Santan

 
Cara pembuatan masakan:
  • Haluskan semua bahan(kecuali ikan patin, labu, sayur, pusang sayur dan santan)
  • Rebus air hingga mendidih, lalu masukan semua bumbu yang telah dihaluskan.
  • Potong labu, sayur pisang dan ikan patin. Masukan labu dan sayur pisang. Setelah sayuran menjadi lemah, masukan kembali ikan patin ke dalam rebusan.
  • Masukan santan ke dalam rebusan.
  • Tunggu sampai masak.
  • Hidangkan dan sajikan.

Tentang Pendidikan Karakter Bangsa



Tentang Pendidikan Karakter Bangsa 



Tentang Pendidikan Karakter Bangsa - Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting.

        Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.
       Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
      Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.  Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
      Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia, apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan kurikulum (KTSP), dan implementasi pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan pendidikan di SMP sebenarnya dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
      Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur,  jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan.  Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development), Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik  (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development). Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut.
        Menurut UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 13 Ayat 1 menyebutkan bahwa Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikan. Peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari 30%. Selebihnya (70%), peserta didik berada dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari aspek kuantitas waktu, pendidikan di sekolah berkontribusi hanya sebesar 30% terhadap hasil pendidikan peserta didik.
      Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang relatif  tinggi, kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar, dan pengaruh media elektronik ditengarai bisa berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah. Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik di sekolah perlu dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam pembentukan karakter peserta didik .
     Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
      Kegiatan ekstra kurikuler yang selama ini diselenggarakan sekolah merupakan salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter dan peningkatan mutu akademik peserta didik. Kegiatan Ekstra Kurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah. Melalui kegiatan ekstra kurikuler diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik.
      Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi, nilai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, dan komponen terkait lainnya. Dengan demikian, manajemen sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam pendidikan karakter di sekolah.
       Menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Permasalahan pendidikan karakter yang selama ini ada di SMP perlu segera dikaji, dan dicari altenatif-alternatif solusinya, serta perlu dikembangkannya secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan di sekolah.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
     Pendidikan  karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.
    Sasaran pendidikan karakter adalah seluruh Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia negeri maupun swasta.  Semua warga sekolah, meliputi para peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan pimpinan sekolah menjadi sasaran program ini. Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil melaksanakan pendidikan karakter dengan baik dijadikan sebagai best practices, yang menjadi contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya.
Melalui program ini diharapkan lulusan SMP memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah.
    Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan SMP, yang antara lain meliputi sebagai berikut:
  1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja;
  2. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri;
  3. Menunjukkan sikap percaya diri;
  4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas;
  5. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional;
  6. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif;
  7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif;
  8. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya;
  9. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari;
  10. Mendeskripsikan gejala alam dan sosial;
  11. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab;
  12. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia;
  13. Menghargai karya seni dan budaya nasional;
  14. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya;
  15. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik;
  16. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun;
  17. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat; Menghargai adanya perbedaan pendapat;
  18. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana;
  19. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana;
  20. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah;
  21. Memiliki jiwa kewirausahaan.
     Pada tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan  karakter adalah terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-nilai tersebut.