Rabu, 01 November 2017

“FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN PEMBENTUKAN AKHLAK DIMENSI DIMENSI AKHLAK”



Tugas Makalah Kelompok

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN PEMBENTUKAN AKHLAK
DIMENSI DIMENSI AKHLAK
Dosen Pengampu :Anwar Sadad., M.Pd. I



Ditulis oleh ;
Nama            : Jumaira
NIM             : 1601130353
Prodi            : Tadris Fisika
Mata kuliah : Akhlak Tasawuf

PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
Tahun 2017 M/1439 H





KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis panjatkan kepada tuhan yang maha esa atas selesainya makalah yang berjudul "“Faktor Yang Mempengaruhi Dan Pembentukan Akhlak Dimensi Dimensi Akhlak”". atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palangka Raya,        Oktober 2017

Penyusun



DAFTAR ISI


Kata pengantar………………………………………………………...……………….i
Daftar isi………………………………………………………………...…………….ii
BAB I pembukaan
A.    LATAR BELAKANG …………………………………………..……………1
B.     RUMUSAN MASALAH…………………………………………………..…2
C.     TUJUAN MASALAH………………………………………………...………2
BAB II Pembahasan
A.    PENGERTIAN AKHLAK……………………………………...…………….3
B.     FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI AKHLAK…………….………….4
C.     ARTI PEMBENTUKAN AKHLAK………………………………..…….….7
D.    TEORI-TEORI BARAT TENTANG PEMBENTUKAN AKHLAK..………9
EKONSEP PSIKOLOGI ISLAM DALAM HAL PEMBENTUKAN AKHLAK………………………………..……..11
F.      DIMENSI AKHLAK……………………………………………….………..12
BAB III Penutup
A.    KESIMPULAN……………………………………………………………....17
B.     SARAN……………………………………………………………………....17
Daftar Pustaka……………………………………………………………………….18


BAB I
PENDAHULUAN


A.            LATAR BELAKANG
Islam adalah agama yang sangat mementingkan Akhlak dari pada masalah-masalah lain. karena misi Nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan Akhlak. Hal itu dapat kita lihat pada zaman Jahiliyah kondisi Akhlak yang sangat semrawut tidak karuan mereka melakukan hal-hal yang menyimpang seperti minum khomar dan berjudi. Hal-hal tersebut mereka lakukan dengan biasa bahkan menjadi adat yang diturunkan untuk generasi setelah mereka.
Prinsip Akhlak dalam Islam terletak pada iman yang dimiliki oleh setiap orang mukmin yang berfungsi sebagai motor penggerak dan motivasi terbentuknya kehendak untuk merefleksikan dalam tata rasa, tata karsa, dan tata karya yang kongkret. Dalam hubungan ini Abu Hurairoh meriwayatkan hadist dari Rosulullah Saw yang artinya:
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya. Dan sebaik-baik diantara kamu ialah yang paling baik kepada istrinya”.
Dari arti ayat diatas dapat kita ambil contoh bahwa ciri khas orang yang beriman adalah indah perangainya dan santun tutur katanya, tegar dan teguh pendirian (tidak terombang ambing), mengayomi atau melindungi sesama, mengerjakan buah amal yang dapat dinikmati oleh lingkungan.
Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam diri manusia dan bisa bernilai baik atau bernilai buruk. Akhlak tidak selalu identik dengan pengetahuan, ucapan ataupun perbuatan orang yang bisa mengetahui banyak tentang baik buruknya akhlak, tapi belum tentuini didukung oleh keluhuran akhlak, orang bisa bertutur kata yang lembut dan manis, tetapi kata-kata bisa meluncur dari hati munafik. Dengan kata lain akhlak merupakan sifat-sifat bawaan manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya Al-Qur'an selalu menandaskan, bahwa akhlak itu baik atau buruknya akan memantul pada diri sendiri sesuai dengan pembentukan dan pembinaannya.
Makalah ini akan  membahas tentang beberapa pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi dan pembentukan akhlak dan dimensi-dimensi akhlak.

B.            RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian dari akhlak?
2.      Apa saja faktor pembentukan akhlak ?
3.      Apa saja faktor yang mempengaruhi akhlak ?
4.      Apa itu dimensi akhlak ?


C.           TUJUAN MASALAH
1)    Untuk mengetahui tentang akhlak.
2)    Untuk mengetahui apa saja faktor mempengaruhi akhlak
3)    Untuk mengetahui apa saja faktor pembentukan akhlak
4)    Untuk mengetahui apa saja dimensi-dimensiakhlak




BAB II
PEMBAHASAN

A.           PENGERTIAN AKHLAK
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab khuluq yang jamaknya akhlaq. Menurut bahasa, akhlak artinya perangai, tabiat, dan agama. Secara sempit, pengertian akhlak dapat diartikan dengan kumpulan kaidah untuk menempuh jalan yang baik, jalan yang sesuai untuk menuju akhlak, pandangan akal tentang kebaikan dan keburukan.
1.         Menurut Ibnu Maskawaih (941-1030 M)
Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melaluipertimbangan pikiran terlebih dahulu. Keadaan ini terbagi dua, ada yang berasal dari tabiat aslinya, ada pula yang diperoleh dari kebiasaan yang berulang-ulang. Boleh jadi, pada mulanya tindakan itu melalui pikian dan pertimbangan, kemudian dilakukan terus-menerus maka jadilah suatu bakat dan akhlak.
2.         Imam Al-Ghazali (1055-1111 M)
Dalam Ihya Ulumuddin menyatakan: Akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa yang mendorong perbuata yang spontan tanpa memerlukan pertimbangan pikiran. Jadi, akhlak merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan.
3.         Muhyiddin Ibnu Arabi (1165-1240 M)
Keadaan jiwa seseorang yang mendorong manusia untuk berbuat tanpa melalui pertimbangan dan pilihan terlebih dahulu. Keadaan tersebut pada seseorang boleh jadi merupakan tabiat atau bawaan, dan boleh jadi juga merupakan kebiasaan melalui latihan dan perjuangan.
4.         Syekh Makarim Asy-Syirazi
Akhlak adalah sekumpulan keutamaan maknawi dan tabiat batini manusia.
5.         Al-Faidh Al-Kasyani (w. 1091 H)
Akhlak adalah ungkapan untuk menunjukkan kondisi yang mandiri dalam jiwa, yang darinya muncul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa didahului perenungan dan pemikiran.

B.       FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI AKHLAK
Segala tindakan dan pperbuatan manusia yang memiliki corak berbeda antara satu dengan yang lainnya, pada dasarnya merupakan akibat adanya pengaruh dari dalam diri manusia (insting) dan motivasi yang disuplai dari luar dirinya seperti milieu, pendidikan dan aspek waritssh. Untuk itu berikut ini akan dibahsa faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak.[1]
1.             Insting (Naluri)
Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia dimotivasi oleh kehendak yang dimotori oleh Insting seseorang ( dalam bahasa Arab gharizah). Insting merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. Para Psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku antara lain adalah:
a.    Naluri Makan (nutrive instinct). Manusia lahir telah membawa suatu hasrat makan tanpa didorang oleh orang lain.
  1. Naluri Berjodoh (seksul instinct). Laki-laki mengingkan wanita dan wanita mengingkan laki-laki Dalam al-Quran diterangkan Kalimat yang dimaksud untuk naluri berjodoh ini pada kata-kata ini :
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak".
 ( QS. Ali Imran : 14
  1. Naluri Keibuan (peternal instinct) tabiat kecintaan orang tua kepada anaknya dan sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya.
  2. Naluri Berjuang (combative instinct). Tabiat manusia untuk mempertahnkan diri dari gangguan dan tantangan.
  3. Naluri Bertuhan. Tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya.
Segenap naluri insting manusia itu merupakan paket yang inheren dengan kehidupan manusia yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu di pelajari terlebih dahulu. Dengan potensi naluri itu lah manusia dapat memperudukaneka corak perilaku sesuai pula dengan corak instingnya.
2.             Adat ( Kebiasaan)
Adat atau kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan, seperti berpakaian, makan, tidur, olahraga dan sebagainya.
Dengan demikian, Abu Bakar Zikri berpendapat : “ perbuatan manusia, apabila di kerjakan secara berulang-ulang sehingga menjadi mudah melakukannya itu dinama kan adat kebiasaan”.
            Perbuatan yang telah menjadi adat/kebiasaan tidak cukup hanya di ulang-ulang saja, tetapi harus disertai kesukan dan kecendrungan hati terhadapnya. Orang yang sedang sakit, rajin beroabat, minum obat, mematuhi nasiahat-nasiahat dokter tidak bisa di katakana adat kebiasaan, sebab dengan begitu dia mengharapkan sakitnya lekas sembuh. Apabila ia telah sembuh, dia tidak akan berobat lagi kepada dokter. Jadi, terbentuknya kebiasaan itu, adalah karena adanya kecendrungan hati yang di iringi perbuatan.
            Adapaun ketentuaan sifat-sifat adat kebiasaan, ialah :
a.       Mudah diperbuat
b.      Menghemat waktu dan perhatian
Hal ini dapat di lihat ketika orang baru belajar naik sepeda yang sering jatuh. Namun, dengan latihan berulang-ulang, akhirnya ia bisa naik sepeda dengan baik. Karena sudah menjadi kebiasaan, naik sepada di lakukan dengan mudah.
3.             Wirotsah ( Keturunan)
Istilah wirotsah berhubungan dengan faktor keturunan. Dalam hal ini secara langsung atau tidak langsung, sangat mempengaruhi bentukan sikap dan tingkah laku seseorang. sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat -sifat asasi orang tuanya. Kadang-kada ng anak itu mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat orang tuanya itu. Ilum pengetahuaan belum menemukan secara pasti, tentang ukuran warisan dari campuran atau prosentase warisan orang tua terhadap orang tuanya. Peranan keturunan, sekali pun tidak mutlak, dikenal pada setiap suku, bangsa dan daerah.
4.             Milieu (lingkungan)
Salah satu aspek yang turut memberikan saham dalam terbentuknya corak sikap dan tingkah laku seseeorang adalah faktor milieu (lingkung) dimana seseorang berada. Milieu artinya artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup meliputi tanah dan udara sedangkan lingkungan manusia, ialah apa yang mengelilinginya, seperti negeri, lautan, udara, dan masyarakat. milieu ada 2 macam:
a.         Lingkungan Alam
Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan alam mematahkan atau mematangkan pertumbuhn bakat yang dibawa oleh seseorang. Pada zaman Nabi Muhammad pernah terjadi seorang badui yang kencing di serambi masjid, seorang sahabat membentaknya tapi nabi melarangnya. Kejadian diatas dapat menjadi contoh bahwa badui yang menempati lingkungan yang jauh dari masyarakat luas tidak akan tau norma-norma yang berlaku.
b.         Lingkungan sosial
Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan tingkah laku. Contohnya Akhlak orang tua dirumah dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga akhlak anak sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut pendidikan yang diberikan oleh guru-guru disekolah.Setiap perilaku manusia didasarkan atas kehendak. Apa yang dilakukan manusia timbul dari kejiwaan. Walaupun pancaindra kesulitan melihat pada dasar kejiwaan, namun dapat dilihat dari wujud kelakuan. Maka setiap kelakuan pasti bersumber dari kejiwaan.

C.    ARTI PEMBENTUKAN AKHLAK
Berbicara masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan pendidikan, karena banyak sekali dijumpai pendapat para ahli yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi  misalnya mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan islam. Demikan pula ahmad D. Marimba berpendapat bahwa tujuan utama pendidikan islam adalah identik dengan tujuan hidup setiap Muslim, yaitu untuk menjadi hamba Allah, yaitu hamba yang percaya dan menyerahkan diri kepada-Nya dengan memeluk agama islam.[2]
Namun sebelum itu masih ada masalah yang perlu kita dudukkan dengan seksama, yaitu apakah akhlak itu dapat dibentuk atau tidak? jika dapat dibentuk apa alasannya dan bagaimana caranya?  Dan jika tidak, apa pula alasannya dan bagaimana selanjutnya
Menurut sebagian ahli bahwa akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak adalah insting (garizah) yang dibawa manusia sejak lahir. Bagi golongan ini bahwa masalah akhlak adalah pembawaan dari manusia sendiri, yaitu kecendrungan kepada kebaikan atau fithrah yang ada dalam diri manusia, dan dapat juga berupa kata hati atau intuisi yang selalu cendrung kepada kebenaran. Dengan pandangan seperti ini, maka akhlak akan tumbuh dengan sendirinya, walaupun tanpa dibentuk atau diusahakan (ghair muktasabah). Kelompok ini lebih lanjut menduga bahwa akhlak adalah gambaran batin sebagaimana terpantul dalam perbuatan lahir. Perbuatan lahir ini tidak akan sanggup mengubah perbuatan batin. Orang yang bakatnya pendek misalnya tidak dapat dengan sendirinya meninggikan dirinya, demikian sebaliknya.
Selanjutnya ada pula pendapat yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembinaandan perjuangan keras dan sungguh-sungguh. Kelompok yang mendukung pendapat yang kedua ini umumnya datang dari Ulama-ulama Islam yang cendrung pada akhlak. Ibnu Maskawaih, Ibn Sina, al-Ghazali dan lain0lain termasuk kepada kelompok yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil usaha (muktasabah). Pada kenyataan dilapangan, usaha-usaha pembinaan akhalak melalui berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina, dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, hormat kepada ibu-bapak, saying kepada sesame makhluk Tuhan dan seterusnya. Keadaan sebaliknya juga menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak dibina akhlaknya, atau dibiarkan tanpa bimbingan, arahan, dan pendidikan, ternyata menjdi anak-anak yang nakal, mengganggu masyarakat, melakukan berbagai perbuatan tercela dan seterusnya. Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina.[3]
Keadaan pembinaan ini semakin terasa diperlukan terutama pada saat dimana semakin banyak tantangan dan godaan sebagai dampak dari kemajuan dibidang iptek. Peristiwa yang baik atau yang buruk dengan mudah dapat dilihat melalui pesawat televise, internet dan lain-lain. Demikian pula produk obat-obat terlarang, minuman keras, dan pola hidup materialistic dan hedonistic semakin menggejala. Semua ini jelas membutuhkan pembinaan akhlak.
Dengan demikian pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat.

D.    TEORI-TEORI BARAT TENTANG PEMBENTUKAN AKHLAK
Berbicara tentang masalah pembentukan akhlak atau kepribadian seseorang, maka sebenarnya kita akan masuk pada pembicaraan tentang ‘perkembangan’ kepribadian manusia, karena perkembang itu sendiri bararti serangkaian perubahan progesif yang terjadi sebagai akibat dari proses  kematangan dan pengalaman. Peruban ini bersifat kualitatif dan sangat terkait dengan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks.
Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yang sudah amat popular. Pertama aliran Nativisme. Kedua, aliran Empirisme, dan ketiga aliran konvergensi.[4]
1.         Aliran Nativisme
Menurut aliran Nativisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah factor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecendrungan, bakat, akal, dan lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecendrungan kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik. Aliran ini tampaknya begitu yakin terhadap potensi batin yang ada dalam diri manusia, da hal ini kelihatannyaerat kaitannya dengan pendapat aliran intuisisme dalam hal penentuan baik dan buruk sebagaimana telah diuraikan diatas. Aliran ini tampak kurang menghargai atau kurang memperhitungkan peranan pembinaan dan pendidikan.
2.         Aliran Empirisme
Menurut aliran Empirisme bahwa factor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah factor dari luar, yaitu lingkungan social, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak itu. Demikian jika sebaliknya. Aliran ini tampak lebih begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran. Dalam pada itu aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan sianak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan social.
3.         Aliran konvergensi
Menurut aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan sianak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan social. Pendapat ini terdapat kesesuaian dengan ajaran islam. Hal ini dapat dipahami dari ayat berikut yang artinya:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.( Q.S. al-Nahl : 78)
Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk dididik, yaitu penglihatan, pendengaran dan hati sanubari. Potensi tersebut harus disyukuri dengan cara mengisinya dengan ajaran dan pendidikan
Dengan demikian faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak pada anak ada dua, yaitu faktor dari dalam yaitu potensi fisik, intelektual dan hati (rohaniah) yang dibawa sianak sejak lahir, dan factor dari luar yang dalm ini adalh kedua orang tua dirumah, guru di sekolah, dan tokoh-tokoh serta pemimpin dimasyarakat. Melelui kerja sama yang baik antara tiga lembaga pendidikan tersebut, maka aspek kognitif ( pengetahuan), efektif (penghayatan), psikomotorik (pengamalan) ajaran yang diajarkan akan terbentuk pada diri anak. Inilah yang selanjutnya dikenal dengan istilah manusia seutuhnya.

E.     KONSEP PSIKOLOGI ISLAM DALAM HAL PEMBENTUKAN AKHLAK
Konsep psikologi islam yang di asumsikan dari struktur nafsani tidak lagi meneriama konsep dari ke-3 aliran psikologi barat dalam hal pemebentukan akhlak manusia. Disamping terdapat berbagai kelemahan, ke-3 aliran tersebut hanya menorientasikan teorinya pada pola piker antroposentris. Artinya, perkembangan khlak manusia seakan-akan  hanya di pengaruhi oleh faktor manusiawi. Manusia dalam pandanmg psikologi islam telam memiliki seperangkat kopetensi, disposisi, dan karakter unik. Semua potensi itu bukan diturunkan dari orang tua, melainkan di berikan oleh Allah, sejak di dalam perjanjian (mistiq). Proses pemberian potensi-potensi tersebut melalui struktur ruhany. Oleh sebab itu maka struktur ruhani di sebut juga dengan fitrah al munazzalah. Jadi secara potensial, kondisi kejiwaan manusia tidak netral, apalagi kosong seperti kertas putih. Manusia adalah makhluk religious ( makhluk beragama), namun potensi tersebut memerlukan bimbingan dan pengembangan dari lingkungannya (dalam arti luas), karena secara actual manusia tidak memiliki kebaikkan atau keburukkan yang diwarisi, kebaikan dan keburukkan sangat tergantung pada realisasi diri. Lingkungan yang akan mengenalkannya pada nilai-nilai dan norma-norma agama yang harus dituruti dan di lakonkan.
Faktor hereditas boleh jadi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan pribadi/akhlak manusia. Hal ini di isyaratkan dalam hadist nabi bahwa pemilihan jodoh itu harus di lihat dari 4 segi yaitu harta, keturunan, kencantiak dan agama. Nabi kemudian menganjurkan untuk memilih agamanya agar kelak rumah tangganya menjadi bahagia dan selamat. Hadist ini  menunjukan adanya dan pentingnya faktor hereditas dalam pemebentukan pribadi anak, sehinggah jauh-jauh sebelumnya ia telah memilih garis keturan yang baik, agar anaknya nanti memiliki bawaan yang baik yang baik pula.
Dengan demikan juga, psikologi islam mengakui adanya peran lingkungan dalam penetuan kepribadian seseorang. Lingkungan ini sendiri di interpretasaikan denag sangat luas oleh islam, dimana didalamnya termasuk pula kebudayaan dan tradisi keagamaan yang akan mempengaruhi terhadap sikap keagamaan seseorang. Faktor pendidikan pun termasuk pula dalam peran lingkungan yang dimaksud, baik itu pendidikan keluarga, lembaga, maupun masyarakat secara umum.
Faktor terakhir yang di asumsikan oleh psikologi islami sebagai faktor yang mempengaruhi kepribadian manusia adalah keaktifan Allah dalam perkembangan manusia, yang di wujudkannya dalam bentuk pemberian sunnah  dan hidayah (Q.S Al A’la : 2-3 dan Thoha ;50 ). Sunah dan hidayat merupan anugrah, pertolongan(inayah) dan ketentuan (taqdir)nya untuk kebaikan perkembangan hidup manusia. [5]
F.     DIMENSI AKHLAK
Imam A- Ghazali mengatkan bahwa ahlak tidak hanya terbatas pada apa yang dikenal dengan “teori menengah” dalam keutamaan seperti apa yang disebut aristotelels, dan pada sejumlah sifat keutamaan yang bersifat pribadi, tetapi juga menjangkau sejumlah sifat keutamaan akali dan amali, perorangan dan masyarakat. Semua sifat ini bekerja dalam satu kerangka umum yang mengarah kepada suatu sasaran dan tujuan yang telah ditentukan.
1.    Akhlak Terhadap Allah SWT
Menurut pendapat Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak kepada Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji; demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkaunya.
Menurut Kahar Masyhur dalam bukunya yang berjudul “Membina Moral dan Akhlak” bahwa akhlak terhadap Allah, itu antara lain :
a.       Cinta dan ikhlas kepada Allah SWT.
b.      Berbaik sangka kepada Allah SWT.
c.       Rela terhadap kadar dan qada (takdir baik dan buruk) dari Allah SWT.
d.      Bersyukur atas nikmat Allah SWT.
e.       Bertawakal/ berserah diri kepada Allah SWT.
f.       Senantiasa mengingat Allah SWT.
g.      Memikirkan keindahan ciptaan Allah SWT.
h.      Melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah SWT.

Dari uraian-uraian diatas dapat dipahami bahwa akhlak terhadap Allah SWT, manusia seharusnya selalu mengabdikan diri hanya kepada-Nya semata dengan penuh keikhlasan dan bersyukur kepada-Nya, sehingga ibadah yang dilakukan ditujukan untuk memperoleh keridhaan-Nya. Dalam melaksanakan kewajiban yang diperintahkan oleh  Allah, terutama melaksanakan ibadah-ibadah pokok, seperti shalat, zakat, puasa, haji, haruslah menjaga kebersihan badan dan pakaian, lahir dan batin dengan penuh keikhlasan. Tentu yang tersebut bersumber kepada al-Qur’an yang harus dipelajari dan dipelihara kemurnianya dan pelestarianya oleh umat Islam.

2.    Akhlaq Terhadap Rasulullah SAW
Disamping akhlak kepada Allah Swt, sebagai muslim kita juga harus berakhlak kepada Rasulullah Saw, meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa dengannya, namun keimanan kita kepadanya membuat kita harus berakhlak baik kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada Allah Swt membuat kita harus berakhlak baik kepada-Nya. Meskipun demikian, akhlak baik kepada Rasul pada masa sekarang tidak bisa kita wujudkan dalam bentuk lahiriyah atau jasmaniyah secara langsung sebagaimana para sahabat telah melakukannya.
a.              Ridha Dalam Beriman Kepada RasulIman kepada Rasul Saw
b.             Mencintai dan Memuliakan Rasul
c.              Mengikuti dan Mentaati Rasul
d.             Mengucapkan Shawalat dan Salam Kepada Rasul
e.              Menghidupkan Sunnah Rasul
f.              Menghormati Pewaris Rasul

3.    Akhlaq Terhadap Pribadi
Akhlaq Pribadi, akhlaq pribadi meliputi sebagai berikut:
a.              Shidiq (ash-sidqu) artinya benar atau jujur
b.             Amanah
c.              Istiqamah
d.             Iffah
e.              Mujahadah
f.              Syaja’ah
g.             Tawadlu
h.             Zuhud
i.               Sabar dan Pemaaf

4.    Akhlaq Dalam Keluarga
Kedudukan Anak Menurut Agama, Anak sebagai perhiasan kehidupan dunia, Anak sebagai ujian bagi orang tua, Anak sebagai penghibur hati
a.    Akhlak Orang Tua Terhadap Anak : memberi nama yang baik pada anaknya dan memilih calon ibu yang baik untuk nya
b.    Akhlak anak kepada orang tua, selalu memuliakan orang tua dan menghormatinya.
c.    Akhlak Antara Ayah dan Ibu: Di dalam Islam, ayah dan ibu atau suami dan istri memiliki hak dan kewajiban sama meskipun tugas masing-masing berbeda. Sang ayah sebagai kepala rumah tangga mempunyai tugas untuk memberi nafkah atau rezeki bagi seluruh anggota keluarga, termasuk sang istri.
d.    Akhlak terhadap suami dan isteri, akhlaq itu antara lain, adalah Kewajiban suami kepada isteri Kewajiban yang harus dipenuhi oleh seorang suami terhadap isteri antara lain : Mahar, Nafkah,  Ihsan al-‘Asyarah, Membimbing dan Mendidik Keagamaan Isteri

5.    Akhlaq Bermasyarakat
Akhlaq dalam Bertamu dan Menerima Tamu,  Islam memberikan tuntunan bagaimana sebaiknya kegiatan bertamu dan bagaimana menerima tamu. Sebelum memasuki rumah seseorang, hendaklah yang bertamu terlebih dahulu meminta izin dan mengucapkan salam kepada penghuni rumah. Sebagaiman dijelaskan allah dalam firmannya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu agar kamu (selalu) ingat” (QS. Surat an-nur: 27)
a.              Hubungan Baik dengan Tetangga, Rasulullah saw mengatakan, bahwa tetangga yang baik adalah salah satu, dari tiga hal yang mebahagiakan hidup.“ Diantara yang membuat bahagia seorang muslim adalah tetangga yang  baik, rumah yang lapang dan kendaraan yang nyaman” (HR. Hakim)
b.             Hubungan Baik dengan Masyarakat, Adab Bergaul Dalam Masyarakat :
Ø Adab bergaul dengan yang lebih tua, Kitapun dianjurkan untuk bergaul dengan orang-orang tua lainnya dengan penuh hormat dan sopan santun.
Ø  Adab bergaul dengan orang yang sebaya, Pergaulan dengan orang yang sebaya adalah amat penting, karena dalam mengarungi kehidupan di dunia ini kita tidak luput dari kesulitan. Dan dalam mengatasi kesulitan itu akan lebih cepat tersatasi apabila kita banyak mendapatkan pertolongan orang-orang yang sebaya dengan kita, karena sama-sama merasakan nasip yang seimbang berdasarkan keseimbangan pengalaman, pengetahuan, usia dan lain sebagainya. Manusia itu tidak akan dapat dengan sempurna tanpa ada pertolongan orang lain. Firman Allah SWT : "Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikaan bersifat lemah". (QS. An Nisa’ : 28)
Ø  Adab bergaul dengan yang lebih muda. Kita senantiasa dianjurkan untuk bersikap merendah, yakni bersifat sopan santun terhadap sesama orang mukmin, termasuk terhadap orang-orang yang lebih muda dari pada kita. Dalam Alqur’an Allah SWT berfirman :"Dan merendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman. (QS Al Hijr: 88)".







BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dari pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa:
Akhlak adalah sebuah perangai manusia yang bisa dirubah atau dibentuk untuk manjadi sebuah perangai yang baik, namun butuh waktu dan pembiasaan diri dalam proses tersebut. Untuk itu perlu adanya beberapa hal yang menjadi faktor – faktor penunjang yang dapat membantu perubahan akhlaq atau perilaku seseorang.
            Beberapa faktor yang mempengaruhi Pembentukan Akhlak Menurut 3 Aliran yakni aliran filsafat natifisme, empirisme, dan konvergensi memiliki pandangan berbeda – beda sperti terurai di atas. Namun penulis berpendapat bahwa adanya korelasi yang sama pada aliran konvergensi, yakni pada dasarnya perubahan akhlaq atau perilaku seseorang tidak hanya adanya faktor yang ada pada dirinya sendiri atau internal melainkan juga adanya faktor dari luar yakni eksternal.
            Ada 5 faktor yang menjadi pengaruh perubahan perilaku seseorang yakni manusia itu sendiri, instinc, adat, keturunan, dan lingkungan. Dari hal tersebut maka apabila seseorang ingin merubah suatu akhlaq pada dirinya maka hal yang terpenting baginya adalah memperhatikan dan membiasakan 5 perkara yang menjadi faktor penyebab perubahan akhlaq tersebut.

B.     SARAN
Demikian apa yang dapat penulis paparkan tentang Faktor – faktor yang mempengaruhi pembantukan akhlaq. Saya berharap apa yang telah kita simak dalam uraian di atas dapat memberikan manfaat pada kita semua.



DAFTAR PUSATAKA

Rahman, padli.2009. AKHLAK TASAWUF Memahami Dunia Esoteris Islam. Malang: Setara Pess
Zahruddin. 2004. PEMGANTAR STUDI AKHLAK. Jakarta: PT Raja Perlindo Persada
Musa, Muhammad Yusuf. 1997.  Falsafah al-akhlaq fi al-islam, Bandung: CV Pustika Setia
Ya’qub, Hamzah. (1988). Etika Islam: Pembinaan Akhlaqulkarimah (Suatu Pengantar). Bandung: CV Diponegoro.
http://www.mahfudrm.xyz/2017/04/makalah-dimensi-akhlak-dan-etika-islam.html


[1] Zahruddin. 2004. PEMGANTAR STUDI AKHLAK. Jakarta: PT Raja Perlindo Persada.hal 92
[2] Musa, Muhammad Yusuf, Falsafah al-akhlaq fi al-islam, Bandung: CV Pustika Setia, 1997, hal 9.
[3] Ya’qub, Hamzah. (1988). Etika Islam: Pembinaan Akhlaqulkarimah (Suatu Pengantar). Bandung: CV Diponegoro. Cet. IV, hal 71.

[4] Rahman, padli.2009. AKHLAK TASAWUF Memahami Dunia Esoteris Islam. Malang: Setara Pess.hal 47
[5] Rahman, padli.2009. AKHLAK TASAWUF Memahami Dunia Esoteris Islam. Malang: Setara Pess.hal 52